Warung Internet

Sabtu, 24 September 2011

Belahan Dada Yolanda







manatppppppp

Ini Bukan Cewek SMP Biasa


haduuuh, liat foto doi udh ogut pengen ****************

sayangnya doi ga respont tuh..............




Abis Dugem Dapet Ginian...Hajar Blehhhh









Desah Nafas - 3

"Darma, aku belum selesai ngomong"
"Apa Teh?" Aku berhenti mencumbunya. Tapi tubuhku tetap berada di atasnya. Pantatku menekan-nekan dengan perlahan.
"Tapi kamu janji dulu, tak akan bilang siapa-siapa"
"Iya, saya janji, Teh"
"Suamiku sebenarnya seorang homo. Sejak aku menikahnya dengannya, aku belum pernah melakukan sex"
"Astaga" Aku kaget.
"Sstt"
"Lalu? Gimana cara Teteh, kalau pingin?"
"Suamiku membelikan vibrator penis, untuk masturbasiku"
"Terus?"
"Mulanya Aku bertahan untuk menikmati itu. Namun lama-lama, tak tahan juga. Aku ingin yang asli"
"Ayo..!" Ucapku sambil meraba bagian vagina-nya.
"Tunggu dulu..!"
"Apa lagi? Nanti suamimu keburu datang"
"Aku udah minta ijin sama suamiku"
"Apa?"
"Iya, aku udah minta ijin"
"Lalu?"
"Asalnya dia marah. Namun dengan alasan pingin punya anak, akhirnya dia ngijinin dengan syarat"
"Apa saratnya?"
"Yang pertama, saratnya adalah harus dengan satu orang laki-laki. Tidak boleh ganti-ganti"
"Terus?"
"Dia mau ikut"
"Ikut gimana?"
"Three In One"
"Jadi, dia mau ngesex sama saya?"
"Iya bener. Kamu mau kan?"
"Saya cuma mau sama Teteh aja. Saya jijik kalau harus intim sama laki-laki"
"Berarti aku mau cari laki-laki lain"
"Terus kita gimana?"
"Gak jadi" Ucapnya seraya menghempaskan tubuhku.
Tentu saja aku tak mau kehilangan kesempatan seperti ini. Apalagi mendengar Teh Ana masih perawan.
"Oke deh, saya mau. Tapi saya tidak mau anal sex" Ucapku pada akhirnya.
Teh Ana tersenyum senang. Lalu memeluk tubuhku kembali. Sekali membuka gaunnya, tubuh Teh Ana hanya menyisakan celana dalam saja. Kugumul dulu bagian sensitif tubuhnya, mulai dari telinga, leher, buah dada, puting susunya, sampai lidahku turun ke bawah. Teh Ana menggelinjang dengan nafas yang tersengal-sengal. Kubuka celana dalamnya. Kujilati vagina-nya. Lidahku mempermainkan clitorisnya, sambil terkadang kusedot-sedot juga.

"Aduh, Darma. Aku gak tahan" bisik Teh Ana sambil menuntun kepalaku ke atas.
Kubuka baju dan celanaku dengan cepat. Celana dalamku dibukakan oleh Teh Ana. Namun Aku tidak memberikan penis-ku untuk dipegang oleh tangannya. Masih ada sisa rasa takutku pada pengalaman sebelumnya. Aku takut ejakulasi dini lagi. Hatiku berdebar-debar, tatkala penis-ku mulai dekat pada memeknya. Kuraba liang vaginanya. Setelah yakin sudah siap, kumasukan perlahan-lahan dengan hati yang tenang. Teh Nia memejamkan matanya. Bles.. akh.. akhirnya kontolku masuk pada lubang memeknya. Memang agak seret, tapi tidak terlalu sulit. Rasanya tak mungkin, kalau Teh Ana seorang perawan. Sebab vagina perawan, sangat sulit untuk ditembus pertama kali. Tapi aku tak mempedulikan hal itu. Yang penting aku langsung saja memompanya dengan agak perlahan dulu. Kunikmati cumbuan bibirnya yang menyatu dengan bibirku. Tanganku pun menggerayang pada bagian-bagian penting tubuhnya.

"Ehm.. ehmm.. ah.. ih.. ah" suara Teh Nia jelas sekali terdengar oleh kedua telingaku.
Tangannya memeluk erat tubuhku. Entah karena vagina-nya yang agak seret atau apa, baru sekitar empat menit, aku merasakan otot-ototku menegang. Sebagai pertanda akan segera orgasme. Kupacu gerakan pantatku lebih cepat. Terlihat Teh Ana makin asik menikmatinya. Setiap hentakan penis-ku, pasti keluar suara yang berlainan dari bibirnya. Desahan nafas, erangan, rintihan, bahkan jeritan yang tertahan. Sehingga aku tidak tega, jika harus cepat-cepat mengakhiri permainan. Tapi memang desakanku tak bisa kutahan.

Aku menghentikan gerakan pantatku sejenak, untuk menahan arus maniku yang begitu mendesak. Namun Teh Ana tetap menggoyangkan pantatnya, sehingga tidak tertahan lagi, maniku semakin mendekati pintu keluar. Tak ada jalan lagi, selain mengeluarkannya dengan tenang. Aku berlagak belum mengalami orgasme. Ketika air maniku muncrat. Aku berusaha menyembunyikannya dengan cara menggigit telinganya perlahan-lahan. Tak kuhentikan gerakan pantatku, turun naik dengan cepat. Walau sudah lemas dan loyo, aku terus memacunya.

Aku tak tahu, apakah Teh Ana mengetahui orgasmeku atau tidak. Yang pasti dia tetap memejamkan matanya sambil merintih-rintih. Kelihatannya Teh Ana begitu menikmatinya. Aku terus berusaha dengan keadaan sisa-sisa kekuatanku. Kupaksakan, agar penis-ku bertahan. Walau hambar bagiku, namun aku ingin memuaskan Teh Ana. Terus kutekan, sambil menghayalkan keindahan dan kenikmatan. Agar tidak kelihatan lemas dan loyo, lebih kupercepat lagi gerakanku. Mungkin sekitar tujuh menit, baru kurasakan penis-ku menegang lagi dengan normal. Kenikmatan pun menjalar lagi. Sedangkan Teh Nia terus menggoyangkan pantatnya, setengah berputar.

"Darma.. sedikit lagi" Teh Ana berbisik, sambil mempererat pelukannya.
Pantatnya diangkat, menekan penis-ku. Aku pun memompanya lebih kencang lagi. Tak kupedulikan suara desahannya yang makin keras. Tangannya menjabak rambutku. Kedua kakinya menekan pinggangku, dan ujung kakinya melingkar, serta mengunci pahaku. Bibirku dilumat dengan ganasnya. Hingga akhirnya Teh Ana mengeluarkan desahan yang cukup panjang.
"Aakkh" begitulah, Teh Ana terkulai dengan lemas.
Pada saat itu pula, orgasme keduaku akan segera datang. Kuhentakan penis-ku lebih keras. Teh Ana merintih, membuatku makin bernafsu. Semakin keras rintihannya, desakan orgasmeku pun makin menggelora. Kulingkarkan tanganku pada lehernya. Aku bersiap-siap ambil posisi untuk mencapai puncak kenikmatan. Teh Ana pun sepertinya mengerti. Kakinya dilingkarkan lagi pada posisi semula. Tangannya memeluk tubuhku lebih erat. Kugigit bagian bawah telinganya agak keras. Bersama rintihannya, aku memuncratkan maniku di dalam vagina-nya. Cret.. cret.. agh.. Dan akhirnya aku pun terkulai dengan lemas.

*****

Jam setengah sepuluh, Teh Ana sudah kembali ke kamarnya. Aku tidak boleh tidak, harus masuk ke kamarnya jam duabelas malam nanti, setelah suaminya datang. Tak pernah kubayangkan, jika aku harus melayani seorang laki-laki. Kalau saja wanitanya tidak secantik Teh Ana, pasti akan kutolak.

Aku mengisi waktu dengan persiapan kekuatan. Kumakan kuning telur mentah yang dicampurkan dengan sprit. Aku pun makan dulu sampai kenyang. Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukan jam setengah dua belas. Terdengar bunyi motor yang tak asing lagi di telingaku. Motor Didi, suaminya Teh Ana. Kubiarkan saja dulu sampai waktunya jam duabelas tepat.

Waktu yang mendebarkan pun telah tiba. Aku bangkit dari tempat duduk, menuju pintu kamar. Tak terlalu jauh, antara pintu kamarku dengan pintu kamar Teh Ana. Hanya beberapa langkah saja. Sehingga tak mungkin, jika ada yang mengetahuinya. Kuketuk pintunya dua kali. Dan tanpa menunggu lama, pintu pun terbuka. Terulas senyuman Didi menyambut kedatanganku.

Ternyata mereka telah lebih siap. Didi hanya mengenakan celana dalam. Dan tiba-tiba Teh Ana pun memelukku dari belakang. Tonjolan susunya terasa hangat dan empuk. Rupanya Teh Ana telah telanjang bulat. Dia membukakan pakaianku satu persatu. Kurasakan kehalusan kulit Teh Ana, membuat penis-ku langsung menegang. Didi yang memperhatikan dari depanku, napasnya terlihat agak memburu. Didi membuka celana dalamnya, penis-nya yang cukup besar itu sudah ngaceng juga. Bahkan Didi tak segan-segan lagi memelukku dari depan. Betapa jijiknya ketika bibirku harus berpagutan dengan bibir Didi. Namun Teh Ana seakan mengerti. Dia tetap memelukku sambil mencumbuku dari belakang.

Didi menarik tanganku ke atas kasur. Aku disuruh merebahkan diri. Lalu dia menindihku sambil menggerayangi sekujur tubuhku. Bibirnya tak mau lepas dari bibirku. Penis-nya ditekankan pada kontolku. Lalu digesek-gesekannya. Sementara Teh Ana hanya duduk di pinggirku, sambil mengusap-usap tubuhku, yang tidak terhalangi tubuh Didi. Tiba-tiba Didi memekik agak keras. Hentakannya bertambah kuat, membuatku pingin muntah. Mungkin dia mau orgasme. Sebab terasa leherku digigitnya. Dan benar juga, terasa ada cairan hangat membasuh sekitar penis-ku. Dia kemudian terkulai dengan nafas yang tersengal-sengal.

Aku muak. Jijik. Apalagi ketika lidahnya menjilati air maninya yang tumpah pada tubuhku. Bahkan dia pun mengulum kontolku. Dan kesempatan itu tak disia-siakan oleh Teh Ana. Dia mencumbuku dengan gairah birahinya. Tubuhnya yang tidak terhalang selembar kain pun, membuat tanganku bebas menggerayang ke mana aku suka. Aku bangkit sambil menarik kontolku dari mulut Didi. Lalu cepat-cepat memasukan pada lubang vagina Teh Ana, yang sudah siap menyambutnya. Dengan gaya konvensional, kontolku sangat aman, keluar masuk vagina Teh Ana. Teh Ana mulai memejamkan matanya lagi. Aku pun merasakan kenikmatan yang tiada tara.

Tiba-tiba punggungku dijilati oleh lidah Didi. Lalu ke telingaku. Bahkan lama-lama lidahnya menerobos di antara bibirku dan bibir Teh Ana yang tengah menyatu. Aku dan Teh Ana tidak meresponnya. Membuat Didi mencari posisi lain. Aku tak peduli. Semakin kupercepat pompaan tubuhku. Aku mulai tahu kelemahan Teh Ana. Vagina-nya harus ditekan dengan keras, agar cepat mencapai orgasme. Kulakukan hal itu, sampai napas Teh Ana tersengal-sengal.

Tiba-tiba aku dikejutkan perlakuan Didi. Dia berusaha memasukan kontolnya pada pantatku. Membuat aku berguling, menggantikan posisi. Teh Ana di atas, aku di bawahnya, masih berhadapan. Terlihat Teh Nia menyenangi posisi seperti ini. Dia leluasa menekan memeknya lebih keras, dan menggoyangkannya. Aku menekan turun naik dari bawah.

"Aukh" Aku tak bisa menahan suaraku, saking nikmatnya.
"Akh" Teh Ana pun menjerit agak tertahan. Rupanya dia sudah mau orgasme. Sama seperti halnya aku.
Teh Ana mempercepat putaran pantatnya sambil menekan. Tubuhnya sudah merapat denganku. Aku pun mengalami hal yang sama. Kugigit lehernya, sebagai isarat bahwa aku pun akan segera keluar.

Namun hal itu nampaknya mengundang nafsu Didi yang makin menggebu. Dia menarik tubuh Teh Ana, setengah memaksa. Lepaslah penis-ku dari vagina-nya Teh Ana. Didi menyuruh Teh Ana, agar berganti posisi. Dia tetap di atasku, namun dengan posisi membelakangiku. Teh Ana yang tengah diburu nafsu yang kian memuncak, tak bisa menolaknya. Dia melakukan semua keinginan Didi. Bless.. penis-ku masuk lagi. Ketika aku akan bangkit, dadaku disorong oleh tangan Didi. Dia mendekatkan batang penis-nya pada mulutku. Sejenak aku benar-benar jijik. Namun Didi memaksanya. Sehingga untuk pertama kalinya, aku mengulum penis. Kupejamkan mataku. Di satu sisi aku merasakan mual dan jijik. Di sisi lain, aku merasakan kontolku semakin nikmat rasanya, dengan hentakan vagina Teh Ana yang makin kuat.

Akhirnya aku mencoba mengkonsentrasikan pada kenikmatan penis-ku. Biarlah bibirku mengulum penis Didi. Kubayangkan menjadi bibir Teh Ana. Apalagi ketika Teh Ana makin mempercepat gerakannya, terasa terbang di atas awan. Melayang-layang dengan kenikmatan. Hingga pada akhirnya, tubuh Teh Ana terasa menegang. Aku pun sama. Puncak orgasme akan segera tiba.

"Akgh.. emh.. sedikit la.. gi" Terdengar suara tertahan Teh Ana.
"Aku juga" suara Didi pun terdengar.
Aku mencoba mengeluarkan kontolnya dari mulutku, takut tertumpah air maninya. Baru saja lepas, cret.. cret.. air mani Didi muncrat mengenai mukaku.
"Agh..!" Didi berteriak.
Aku bangkit seraya menghempaskan penis Didi. Kupeluk tubuh Teh Ana dari belakang. Kubantu dengan hentakan yang lebih dahsyat. Air mani Didi, kubersihkan pada punggung Teh Ana.

"Teh.. Akh" Aku berbisik tertahan, sambil lebih merapatkan lagi tubuhnya.
"Heeh" Teh Ana pun sama halnya denganku. Menekankan vagina-nya lebih keras. Kedua tangannya melingkar ke belakang, menarik pinggangku. Sampai akhirnya.. cret.. cret.. cret.. kutumpahkan maniku dengan nikmatnya. Pantat Teh Ana masih bergerak turun naik. Rupanya dia belum orgasme juga. Sehingga aku bertahan dengan menekan penis-ku lebih dalam.

Mungkin Teh Ana kesulitan orgasme dengan posisi seperti itu. Sebab dia tiba-tiba bangkit, dan berganti posisi. Dia tetap di atasku, namun dengan posisi berhadapan. Kupertahankan penis-ku untuk tetap bertahan. Kasihan Teh Ana. Dia memasukan lagi penis-ku yang telah berlendir. Lalu bergerak turun naik dengan tubuhnya menindihku. Lalu tangannya melingkar pada leherku. Sekitar dua menit lamanya, dia baru terasa menggigit leherku agak kuat. Kubiarkan saja. Sampai akhirnya Teh Ana menghentakan pantatnya untuk yang terakhir kalinya dengan sangat keras, diiringi erangan dari mulutnya yang cukup panjang.

"Aaakh" begitulah Teh Ana.
Kurasakan cairan hangat pada penis-ku yang masih berada di dalam vagina-nya. Lagi-lagi Didi mendekatkan penis-nya pada mulutku. Aku malas sekali. Untungnya Teh Ana mengerti. Teh Ana-lah yang menyambut penis Didi, sambil merangsek maju. Teh Ana mengulum penis Didi. Sementara vagina-nya tepat di hadapanku. Maka aku pun menjilat dan menyedotnya. Tapi entah bagaimana, tiba-tiba Didi menjatuhkan tubuhnya. Teh Ana pun terguling. Aku tetap memburu vagina-nya. Teh Ana mengangkat paha kanannya, untuk keleluasaan mulutku. Tiba-tiba mulut Didi sudah menempel pada kontolku juga. Begitulah pengalaman pertamaku melakukan three in one. Penis-ku dikulum oleh Didi. Aku menjilati vagina Teh Ana. Sementara Teh Ana mengulum penis Didi.

*****

Aku melakukan three in one, selama lima kali. Tapi tetap, aku menolak anal sex, apapun alasannya. Dan selanjutnya aku tak mau lagi melakukan three in one, sebab tak tahan dengan jijiknya. Aku hanya mau dengan Teh Ana saja. Sehingga aku sering bolos kerja di siang hari. Leluasa sekali kalau melakukannya pada siang hari. Tak ada gangguan. Hingga Aku dan Teh Ana hampir tiap hari melakukannya. Berbagai gaya pun telah kupraktekan dengan diakhiri kepuasan. Sampai pada suatu hari, kami tertangkap basah oleh suaminya. Tak kusangka Didi pulang lebih awal. Untung saja, ketika Didi pulang, kami sedang melakukannya di kamarku. Dia tak bisa masuk, sebab kukunci dari dalam. Dan kami pun menyelesaikannya dulu permainan sampai pada puncaknya, dengan menahan suara.

Setelah kejadian itulah, Didi sikapnya jadi berubah. Dia seperti tak bersahabat lagi. Sampai akhirnya dia membawa pindah istrinya ke kontrakan lain. Entah ke mana. Aku tidak mengetahuinya. Membuatku begitu kehilangan. Setelah dua minggu lamanya berpagutan dalam asmara membara, kini harus terhenti secara tiba-tiba.

Lima bulan kemudian, barulah aku bertemu dengan Teh Ana. Dia menemuiku dengan agak tergesa-gesa. Teh Ana mengabarkan, bahwa dirinya akan dibawa pindah ke Sulawesi Selatan. Aku terharu mendengarnya.

"Terimakasih atas kenangan indahnya" Kata Teh Ana, sambil mengusap perutnya yang telah membesar.
Aku terbelalak. Dia ternyata tengah hamil. Bahkan kandungannya sudah terlihat besar. Kalau dihitung sejak kepergiannya, pasti kandungan Teh Ana telah berusia lima bulan.

Tamat

Kisahku Seorang Janda Yang Kesepian


Zona Malam - Ceritaku ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.

Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung.
Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.

Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.

Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak. Maka masa-masa perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.

Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu "mahir" dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang "belum" aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.

Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.




Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.

Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu. Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.

Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka. Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.

Sementara kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua. Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.

Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali. Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?







Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.

Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya.

Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.

Terkadang sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.

Para netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan hal seperti di atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.

Hitam Manis SExy Gan...





Kisah Tragis Seorang Pengemis Cantik dan Imut di Cina



Sebuah kisah sedih dan tragis menghentak publik Cina. Seorang gadis cantik bernama Loli di Beijing tiba-tiba jatuh miskin dan menjadi pengemis setelah keluarganya terlilit utang 100,000 yuan kepada lintah darat. Lebih sedihnya lagi, untuk menembus uang itu, Loli menjual keperawanannya

Kisah ini terungkap berkat seorang reporter yang tanpa sengaja menemukan Loli tengah berada di emperan toko saat sedang mengamen untuk mendapatkan recehan dari belas kasihan orang. Reporter ini terkejut bukan main setelah melihat wajah sang pengemis wanita ternyata sangat cantik dan imut  Yang lebih mengejutkan lagi, wanita itu memakai jaket Adidas dan kontak lens!! Lho kok bisa? Jangan2 pengemis palsu lagi? Dilanda rasa penasaran, reporter itu kemudian melacak tempat tinggalnya di sebuah kawasan rumah kumuh dan berhasil menjepret rumahnya.

Sontak saja, berita ini langsung menyebar ke seluruh Cina dan mendapat perhatian serius dari publik Cina. Belakangan diketahui, gadis ini bernama Han Biyao dan pernah bekerja sebagai waitress. Untuk menyambung hidupnya dan membantu biaya pengobatan ibunya yg sedang sakit, Biyao menjadi musisi jalanan.

Namun, cerita sedih Han Biyao ini agak diragukan karena diduga gadis ini sedang mencari sensasi untuk menjadi terkenal. Ini terungkap dari beberapa foto Biyao yang menampilkan dirinya berpose di sebuah mobil mewah, tinggal di hotel dan pergi ke Hong Kong. Bahkan, sebagain menuding Biyao adalah pelacur. Yang jadi pertanyaan, apakah benar Biyao adalah seorang pengemis atau hanya ulahnya saja yang bikin sensasi? Biarlah agan dan aganwati yang menilai .

Jarang2 ada pengemis kayak gini yang berpenampilan modis dan keren



Recehan dari belas kasihan orang



Ini dia gan, riwayat foto perjalanan masa lalunya yang indah sekali

Waktu masi punya mobil

Cantik yah gan


Waktu liburan di Hong Kong


Ini waktu mau dugem, cakep amat!


Pas tinggal di hotel


Doi tinggal di rumahnya ini gan

Cewek Berdada Besar

Cewek dengan payudara  yang besar memberi pengaruh rangsangan secara tak langsung maupun secara langsung kepada lawan jenis. Pengaruh rangsangan ini merupakan yang terbesar dari semua bagian tubuh seorang cewek!









https://lh4.googleusercontent.com/-BENVY1zusGI/TXtLFQlrZUI/AAAAAAAACOk/VpUG03J1_T8/s640/cantik+putih+toge+narsis-9.jpg


http://2.bp.blogspot.com/-OqB3JAj-cUY/TaJzZyfy4XI/AAAAAAAAClo/Adf2yvQO5X8/s320/tv_reporter1.jpg

Foto H0T Masayu Anastasia Lg Mandy Bra Putih


Dingin Dingin Empuk Ne Gan






HHmmm... Yang Ini Jangan Minta Nocan Ya...

Jangan Ngaces Yup.....





Walau Masih ABG Jangan anggap Enteng

Ini Bukan Sekedar Abg Gan Abg Ne Sprtina Brpengalaman Liat Aj Penampilan na